KONSEP HALAL
HALAL, berasal dari Bahasa arab yang berarti “diperbolehkan” sesuai dengan hukum Syariah ISLAM, lawan katanya HARAM atau “dilarang”. Konsep ini diterapkan tidak hanya pada makanan yang dikonsumsi tetapi juga pada segi kehidupan lainya.
“Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”
(Q.S. al-Baqarah:168)
Konsep HALAL selalu disandingkan dengan Konsep TOYYIB (secara sederhana diartikan sebagai “BAIK”). Bagi muslim mengkonsumsi makanan tidak hanya harus HALAL tetapi juga harus TOYYIB. Toyyib dalam hal ini termasuk cara mendapatkanya, kandungan nutrisinya, kebersihannya, kualitasnya dan keamanannya.
Sumber: Slide Perkuliahan Halal Logistik-2022
Mengapa Umat Muslim perlu memperhatikan kehalalan dari setiap makanan yang dikonsumsi?,
Salah satunya adalah karena kehalalan makanan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam yang harus ditaati setiap umat islam dimanapun.
Apakah bagi Non-Muslim Konsep Halal-Toyyib ini penting khususnya terhadap makanan yang dikonsumsi? Apakah juga memberikan keuntungan bagi perusahaan? Secara sederhana dapat dilihat pada bagan berikut:
Dalam perkembanganya, konsep Halal khususnya pada produk makanan tidak lagi hanya dihubungkan dengan agama islam, karena sebagaimana telah dijelaskan pada tulisan sebelumnya, hampir Sebagian besar exportir produk halal dikuasai negara-negara Non-Muslim. Sehingga, konsep halal sudah dijadikan bagian dari bisnis global. secara sederhana, produk makanan yang telah memiliki sertifikasi halal produk, kemudian telah menerapkan prinsip-prinsip halal dalam prosesnya, maka bagi perusahaan dapat memperluas segmentasi pasar dari produk tersebut.
Bagaimana Konsep Halal yang saat ini berkembang di industri global dan dipahami oleh masyarakat luas?
Pada tulisan bagian ke-3 akan dibahas lebih lanjut.
