Saat semua orang menghabiskan liburanya ke luar kota, kembali aku dan keluarga kecilku hanya menjadi penjaga setia kota ini. Kota yang menurut sebagian orang-orang adalah kota penuh kesumpekan, kemacetan, hedonism, tapi hari ini aku mendengarkan kembali setitik air surga yang Allah perdengarkan melalui lisan ciptaanya..
Ya…seperti kebiasaanku jika menggunakan ojek mobil online, selalu duduk di CC (camping copir) hehe.., di jalanan yang tidak senormal hari biasanya (tidak macet), mulailah perkenalanku dengan Bapak drivernya, usianya belumlah tua, terlihat dari rambutnya yang masih hitam, tetapi dari cara berbicaranya terlihat beliau merupakan orang yang supel dan ramah. Inilah salah satu yang menjadikan perjalanan kali ini tidak akan membosankan.
/photo/gridoto/2018/11/12/2395952476.jpg)
Setelah ngalor ngidul perkenalan kami, aku pancing sebuah pertanyaan ringan yang menjadi pembuka ceritanya,
“Hari ini kelihatannya ga macet ya pak?” tanyaku kepadanya..
“Iya pak”, jawabnya sopan, walaupun mungkin dia tau usiaku lebih muda darinya.
“Bagi saya, macet adalah lagu indah yang selalu saya coba nikmati setiap hari”
“Loh kok bisa pak?” potongku
“Ya mungkin bagi bapak yang kerja kantoran ga sesering saya kan ngadepin macet, nah kalo saya.. jalanan adalah rumah kedua saya. Saya harus mencari cara bagaimana menghadapi dan membuat suasana yang bisa saya nikmati”, dari pada saya stress sendiri dengan kondisi ini, betul kan pak?” tanyanya kepadaku. “Setuju pak” sahutku singkat.
