Blog Universitas Pertamina

SEISMISITAS (Kegempaan) – 01

SEISMISITAS (Kegempaan)
Defenisi gempa bumi dapat berbeda-beda sesuai dengan latar belakang dan tujuan dari penulis yang memberikan defenisi tersebut. Bagi seorang ahli geofisika maka defenisi gempa bumi akan banyak mendiskusikan perihal gelombang dan media yang dirambatnya, sementara bagi seorang ahli geologi maka defenisi gempa bumi akan banyak mendiskusikan energi yang terkumpul akibat peristiwa tektonik serta kegagalan batuan dalam menahan energi tersebut. Beberapa defenisi gempa dapat dilihat sebagai berikut:

• Menurut Gibson (1996), bahwa gempa bumi adalah gerakan yang dihasilkan ketika stres di dalam bumi menumpuk pada jangka waktu yang lama sampai akhirnya melebihi kekuatan batu, yang kemudian gagal dan melepaskan energi tersebut.

• Menurut Fowler (2004), bahwa gempa bumi adalah energi yang dilepaskan mengambil bentuk gelombang elastik yang merambat melalui permukaan maupun tubuh bumi.

• Menurut Shearer (2009), bahwa gempa bumi adalah pergerakan pada bidang sesar suatu diskontinuitas dalam perpindahan melintasi permukaan internal di media elastis.

• Menurut Wu dan Hu (2019) (didasarkan pada (Lee, 1977a,b; Caputo dan Helly, 2008)), bahwa gempa bumi adalah hasil dari patahan dalam secara tiba-tiba melakukan pelepasan energi yang terakumulasi dalam waktu lama sebagai ekspresi gerakan tektonik geologi yang sedang berlangsung di kerak bumi.

Untuk menghasilkan energi yang besar yang dapat melebihi kekuatan batuan sehingga menghasilkan sesar, diperlukan waktu puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun namun yang dilepaskan dalam beberapa detik. Energi ada yang ditransmisikan sebagai gelombang seismik dan ada yang sebagai panas. Zona sesar kemudian akan melemah dari batuan sekitarnya, dan gempa bumi bisa terbentuk lagi jika terjadi gerakan-gerakan tambahan di sekitar sesar tersebut. Sesudah gempa bumi yang intens maka sesar akan mencapai panjang akhirnya (total length) (Gibson, 1996).


Untuk defenisi gempa bumi, maka defenisi yang diberikan oleh Gibson (1996) sudah mewakili pemahaman tentang bagaimana gempa terjadi saat peristiwa pensesaran juga terjadi ketika kekuatan batuan mengalami kegagalan menjaga kohesi dan friksi batuan, akibat akumulasi energi yang terkumpul yang disebabkan proses tektonik. Dalam mekanika batuan, rock failure concept memperlihatkan bahwa batuan yang bersifat getas akan mengalami kegagalan (failure) akibat stres yang didapatkan sehingga terjadi deformasi yang permanent yang ditunjukkan oleh Mohr-Coulomb failure envelope (Gambar 2 dan 3)

Lokasi Gempa!
Salah satu tugas penting dalam memahami seismologi adalah dengan menentukan lokasi sumber seismik. Fokus gempa (earthquake focus) atau hiposenter (hypocenter) adalah: Titik pusat gempa atau titik di bumi tempat terjadinya gempa berinti. Ini ditentukan oleh garis lintang, garis bujur dan kedalaman di bawah permukaan (Fowler, 2004), misalnya diketahui sebuah gempa terjadi pada 37◦N, 122◦W dan kedalaman 10 km, maka titik tersebut pada kedalaman yang dimaksud menjadi titik fokus atau hiposenter gembap yang terjadi (Gambar 1).
Episenter (epicenter) adalah: Titikdi permukaan bumi secara vertikal diproyeksikan secara vertikal di atas fokus (Fowler, 2004), misalnya dengan data yang sama yang diberikan pada fokus di atas maka episenter gempa tersebut adalah 37◦N, 122◦W (Gambar 1).

Mengetahui Lokasi Gempa
Salah satu tugas terpenting dalam observasi seismologi adalah menemukan lokasi sumber seismiknya. Ini melibatkan penentuan kedua koordinat hiposentral dan sumbernya. Secara umum, menentukan lokasi sumber memerlukan identifikasifase seismik dan mengukur kedatangannya serta mengetahui kecepatan struktur antara hiposenter dan stasiun seismik.
(Bersambung – tunggu postingan berikutnya yaa.. Terima kasih 🙏)

Share :
Previous Post
Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *