SEISMISITAS (KEGEMPAAN)
Sabtu lalu (1 Okt 2022) telah terjadi gempa di kota Tarutung sekitarnya, (Oiya, akan ada pembahasan khusus untuk ini!), yang semakin membuka wawasan kita bahwa kita hidup berdampingan dengan gempa, akibat bumi kita yang sangat dinamis. Lalu bagaimana cara para ahli kegempaan mengetahui lokasi gempa?
***
Mengetahui Lokasi Gempa.
(Lanjutan dari postingan sebelumnya..) Salah satu tugas terpenting dalam observasi seismologi adalah menemukan lokasi sumber seismiknya. Ini melibatkan penentuan kedua koordinat hiposenter dan sumbernya. Secara umum, menentukan lokasi sumber memerlukan identifikasi fase seismik dan mengukur kedatangannya serta mengetahui kecepatan struktur antara hiposenter dan stasiun seismik.

Penentuan lokasi gempa dengan stasiun pengamatan (Lay & Wallace, 1995):
1. Lokasi Stasiun Tunggal (Single Station Locations)
Metode stasiun tunggal yaitu metode memerlukan rekaman tiga komponen dari gerakan tanah. Karena gelombang P terpolarisasi vertikal dan radial, vektor gerak gelombang P dapat digunakan untuk menyimpulkan azimuth ke pusat gempa. Pada Gambar 1 ditampilkan sifat polarisasi gelombang P; jika gerak vertikal gelombang P ke atas, komponen radial dari gelombang P diarahkan menjauhi pusat gempa. Jika komponen vertikal gelombang P ke bawah, komponen radial diarahkan kembali menuju pusat gempa.

2. Lokasi Multi Stasiun (Multi Station Locations)
Metode ini menentukan episenter gempa bumi (Gambar 2) dengan menggunakan perpotongan radius interval kedatangan gelompang P dan S (Interval P-S) dari tiga statiun pengamatan gempa. Interval P-S dalam detik (second) akan dihitung menjadi jarak, yang diproyeksikan menggunakan diagram Wadati untuk menentukan hiposenternya. Mengapa tidak lebih dari tiga stasiun? Karena dari pengalaman USGS dan lembaga gempa lainnya malahan akan terjadi kesalahan (estimation of errors) jika menggunakan lebih dari tiga stasiun.

Tunggu pembahasan tentang gelombang P dan S di postingan berikutnya ya, terima kasih 🙏

Share :