Blog Universitas Pertamina

RESESI GLOBAL? Swasembada energi harus dianyam dari sekarang! (Bagian 02)

Intro: Gaung resesi global kian besar, terlebih di perkotaan yg butuh suplai energi tinggi untuk menghidupkan roda perekonomian, seperti Jakarta. Namun kurang terasa di daerah, tidak sekuat gaung di kota. Berkaca dari resesi terdahulu, dampak terbesar akan kena di harga BBM dan sembako di berbagai daerah, namun sepanjang ada sawah dan ladang, bagi penduduk desa masih ada harapan bertahan dari hari ke hari..

Pemerintah RI cukup tanggap melihat raik gelombang resesi global sejauh ini, setidaknya sejak Agustus 2022 Presiden Jokowi sudah menyampaikan beberapa kali di pidato-pidatonya perihal gelombang gelap resesi yang sedang datang. Sepakat dengan hal ini, Menkeu SMI menanggapi hal yang sama. Menkeu SMI mengatakan bahwa sepertiga negara-negara di dunia akan kena hantam badai resesi ini dalam beberapa bulan ke depan yang disebabkan kesulitan akibat beban utang yang tinggi, ditambah lemahnya fundamental makroekonomi dan isu stabilitas politik (akun Instagram SMI, 11 Okt 2022). Nevertheless, seperti paradoks Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa Indonesia tidak akan menghadapi resesi karena Erick Thohir memperkirakan perekonomian Indonesia akan mampu bertumbuh di angka 5% hingga tahun 2045. Ada beberapa faktor yang disampaikan oleh beliau yaitu (tempo.co, 11 Okt 2022): Hilirisasi produk, Indonesia lumbung pangan dunia, angkatan kerja muda yang inovatif dan perkembangan perusahaan start-up.

Baik, coba kita menyoroti sisi ketahanan energi dan pangan saja dulu ya!

Ntah mengapa, sejauh ini tidak ada pernyataan yang spesifik tentang kondisi ketahanan energi kita menghadapi krisis ini, as we know, energi migas menjadi kunci penting dalam menghadapi resesi global ini. Asal muasal inflasi awal tahun ini juga karena ditutupnya aliran migas Rusia ke Eropah akibat sangsi invasi Rusia terhadapa Uktaina (postingan saya sebelumnya, bagian 01), menyebabkan harga migas dunia naik dan berfluktuasi, diiringi dengan kenaikan harga bahan pokok dan yang lainnya. Konsumsi migas kita cenderung meningkat dari tahun ke tahun (ceicdata.com) dimana konsumsi minyak bumi Indonesia dilaporkan sebesar ~1,47 mbopd, sedangkan produksi nasional sebagai realisasi lifting minyak bumi tahun 2021 tercatat sebesar ~0.66 mbopd (Gambar 1). Dengan kata lain hampir separuh dari konsumsi minyak Indonesia diimpor dari luar negeri seperti Singapura, Malaysia, US, Arab Saudi, China, dll. (bisnis.tempo.co, 2 Sept 2022). Sementara lifting gas bumi tahun 2021 setara 0,982 mboepd dan sekitar ~64% yang dialokasikan untuk kebutuhan domestik (laporan tahunan SKK Migas 2021).

Gambar 1. Perbandingan jumlah produksi terhadap konsumsi migas Indonesia menyebabkan adanya jurang yang harus ditutupi dengan impor migas (Sumber: IPA 2021).

Sekarang kita lihat ke ketahanan energi dapur: gas elpiji! Sekitar 75% kebutuhan elpiji kita berasal dari impor (5.71 juta metrik ton) dan sisanya 25% ditutupi dari domestik (2.06 juta metrik ton), sementara itu kebutuhan elpiji di Indonesia terus meningkat! (esdm.go.id; tempo.co 22 Sept 2022). Harga elpiji 3 kg (gas melon) saat ini setengahnya disubsidi oleh pemerintah (Gambar 2). Apakah yang akan terjadi jika suplai elpiji tersendat, terjadi kelangkaan di pasar import misalnya? Permainan harga akan menjadi tantangan tersendiri, sementara elpiji menyangkut kebutuhan primer bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memasak dengan kompor gas.

Kembali ke dapur, apa kebutuhan terbesar yang menjaga kelangsungan hidup masyarakat Indonesia pada umumnya? Jawabannya adalah beras! Sejauh ini harga beras masih dijaga oleh pemerintah dengan mematok harga 64ribu rupiah per 5 kg beras. Seharusnya harga ini akan tetap terjaga saat resesi global terjadi tahun depan jika stok beras dan gabah di Bulog aman. Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan Said Abdullah menilai kenaikan harga gabah lantaran ada kenaikan biaya produksi. Sedangkan kenaikan biaya produksi merupakan imbas dari naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) (tempo.co 13 Okt 2022). Hal senada disampaikan oleh Menpan, ketersediaan beras surplus yakni mencapai 10 juta ton. Hanya saja tidak disebutkan stok ini berasal dari mana, apakah dari produksi dalam negeri atau impor dari luar negeri. Jika memang dari impor, petani akan semakin terjepit karena beras impor akan membanjiri pasar. Agak mengherankan karena pada 26 Sept lalu Kepala Devisi Pengadaan Komoditi Perum Bulog, Budi Cahyanto mengatakan saat ini Bulog memiliki cadangan beras hingga 800 ribu ton (nasional.kontan.co.id, 26 Sept 2022). Apakah ini artinya pintu impor menaikkan stok beras kita hingga 10 juta ton tsb?

Gambar 2. Jenis BBM, jenis Elpiji (LPG) dan pengaruh kilang minyak dalam ketahanan energi (Sumber: https://migas.esdm.go.id/)

Persoalan inflasi dan resesi global merupakan hal yang kompleks, tidak mudah menyederhanakannya. Andaikata waktu bisa diulang maka kemungkinan besar negara-negara Eropa akan memilih untuk kembali ke masa di mana tidak ada invasi Rusia ke Ukraina. Nasi sudah jadi bubur, perang Rusia-Ukraina tidak menunjukkan tanda-tanda perdamaian, malahan ketegangan yang menjadi-jadi karena proses klaim wilayah terjadi di kedua belah pihak. Ledakan di jembatan Krimea (Crimea) pada 8 Okt 2022 memperuncing tekanan perang Rusia-Ukraina. Bahkan Rusia sudah mulai unjuk gigi dengan kekuatan nuklirnya. Kita menghadapi ancaman lain: perang nuklir!

Kita batasi diskusi sumber energi migas dan beras sampai di sini, kita bicarakan aksi saja, aksi yang harus dilakukan menghadapi masa resesi ini!

Belajar dari konflik Rusia-Ukraina dan akibat yang ditimbulkannya, ketahanan dan swasembada energi menjadi FAKTOR UTAMA untuk tetap bisa berdiri diktengah badai resesi. Swasembada dan letahanan energi migas penting karena dunia masih mengandalkan energi fosil (migas) untuk energi,namun harus sambal diselaraskan dengan bertransisi ke green energy atau energi hijau atau energi ramah lingkungan menggunakan energi baru terbarukan (EBT) menuju zero emission environment. Dalam menganyam swasembada dan ketahanan energi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan penduduk Indonesia:

  1. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh! Pemerintah harus jujur dan terbuka, pemerintah harus mengedukasi penduduk Indonesia arti krisis ekonomi global yang segera datang. Pemerintah dan rakyat harus sepakat untuk berhemat energi, jika tidak maka kita harus bergantung pada keran impor yang harus dibarengi dengan subsidi supaya terkendali daya beli dan daya jualnya. Jika perlu, pemerintah menggalakkan lagi prinsip: Hemat energi, hemat biaya! – kebijakan mirip di tahun 2014 dimana masyarakat mengurangi pemakaian listrik pada pukul 17.00-22.00 WIB, setidaknya hingga badai resesi reda tahun depan.
  2. Pemerintah meninjau ulang kebijakan ekspor minyak dan gas, supaya kebijakan baru lebih memperbesar kebutuhan domestik, termasuk bagaimana mengurangi impor elpiji (LPG). Termasuk mendorong pembangunan kilang minyak oleh BUMN dan BUMS (swasta), karena kehadiran kilang minyak dapat mewujudkan ketahanan energi, menjamin ketersediaan BBM, mengurangi ketergantungan impor BBM dan optimalisasi BUMN dan BUMS (Gambar 2).
  3. Pemerintah melalui SKK Migas mengerjakan lagi lapangan-lapangan migas tua untuk mengangkat migas yang masih berpotensi dan tersimpan di sana.
  4. Pemerintah menggalakkan kembali dan mempermudah kebijakan ekplorasi migas di cekungan-cekungan di Indonesia untuk mendapatkan cadangan migas baru. Iya, ini tidak ekspres, butuh 5-10 tahun untuk menyimpulkan layak tidaknya suatu lapangan dieploitasi, tetapi harus dilakukan secara berkelanjutan karena dunia masih bergantung pada energi fosil setidaknya hingga 2040 mendatang.
  5. Pemerintah menggalakkan kegiatan ekplorasi dan produksi migas non-konvensional seperti CBM, shale gas, gas biogenik, dll. Biasanya obstacles terbesar adalah biaya untuk memproduksi dan uplifting lebih besar dibandingkan migas konvensional, tetapi pemerintah harus melihat ini sebagai alternatif yang harus dikerjakan saat migas konvensional sudah mulai declining.
  6. Pemerintah mengedukasi dan mendukung masyarakat melakukan pemanfaatan energi yang berasal dari biogas metan untuk kebutuhan sehari-hari yang bisa diperoleh dari penanganan sedemikian rupa dari pembusukan daun tanaman, sampah maupun kotoran hewan.
  7. Pemerintah menggalakkan kegiatan ekplorasi dan produksi energi baru terbarukan (EBT) seperti energi dari panas bumi, tenaga surya, angin, dll. Energi tenaga surya ini yang paling mudah dikembangkan secara teoritis di Indonesia karena Indonesia mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, namun harga panel surya yang mahal menyebabkan proses konversi energi tenaga surya tersendat.

Seperti menganyam tikar yang membutuhkan waktu, tenaga, kesabaran dan ketelitian, demikianlah menganyam ketahanan energi ini dilakukan oleh pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia secara bersam-sama. Pemerintah akan kelelahan sendiri jika tidak mengedukasi dan melibatkan masyarakat, bahkan akan kehabisan tenaga menghadapi gelombang demonstrasi akibat kenaikan harga BBM dan harga bahan pokok kebutuhan sehari-hari (inflasi global). Hal lain yang mungkin terdengar tidak berkaitan dengan ketahanan energi ini namun item yang bisa mendukung kelancaran kinerja keuangan pemerintah adalah pemerintah harus bersungguh-sungguh menangani kasus korupsi, perketat saringan transaksi keuangan, tangkap para koruptor lalu disuruh mengembalikan uang negara untuk tambahan kas negara. Pemerintah juga harus keras untuk menumpas perjudian online, dan mengedukasi masyarakat untuk bijak mengatur dan menggunakan keuangan dan mempersiapkan tabungan sebagai cadangan di depan nantinya. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh! Indonesia harus optimis menghadapi resesi ekonomi global ini!

Share :
Previous Post
Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *