Blog Universitas Pertamina

Keenakan Daring

Hari ini saya kena sindiran yang “jleb”, dari seorang petinggi Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL), UI, tempat saya “minum es teler” (bagi-bagi waktu nyusun disertasi bikin teler, hehe). Sore ini kami hadir daring di pertemuan bersama yang memang rutin diadakan untuk para mahasiswa. Pasalnya, SIL-UI sedang menimbang, perkuliahan semester depan mau ful luring, daring atau hibrid. Petikannya kira-kira begini: “saya mengamati, mahasiswa sekarang justru menikmati sekolah online, karena bisa ‘disambi’. Kalau diminta luring, alasannya pandemi, tapi giliran di medsos suka menampilkan foto sedang makan-makan di tempat umum… dosennya juga begitu, suka ngajar daring, karena tidak usah capek-capek di jalan.. Padahal kurikulum luring kan sudah dirancang untuk memperoleh manfaat dari interaksi langsung dalam perkuliahan…” (jleb, kesindir nih. Namun, dalam hati saya ngomong juga: “jangan-jangan Bapak juga lebih seneng daring..” hehe… ).
Kenapa saya tersindir? Iya, terus terang saya merasa senang, karena memiliki fleksibilitas dalam mengajar.. bisa di mana saja, dan tidak harus membuang-buang waktu di jalan.
Tapi ya itu, kadang-kadang mahasiswa saya juga mungkin mengira saya sering ngajar sambil “piknik”, karena pernah mendengar suara-suara “liar” saat saya ngajar: seperti suara ondel-ondel, atau “keramaian orang kondangan”. Itu muncul di evaluasi dosen saat mereka diminta mengevaluasi sebelum UTS. Sebenarnya, sang mahasiswa itu salah berasumsi. Memang suara ondel-ondel keras banget dan dinding rumah saya tidak kedap suara…. jadilah bocor itu suara, dan jadi “suara latar” di tengah saya mengajar.
Terus suara “kondangan” mungkin saya pas di ruang tunggu airport, karena tugas kantor, atau dimana ya? saya tidak ingat, tapi biasanya saya jujur ngomong ke mahasiswa saya, saya sedang di mana, untuk mengantisipasi suara-suara asing yang mungkin mengganggu…..
Tapi sebagai dosen, saya mengalami tantangan berat, untuk memastikan bahwa mahasiswa memang benar-benar memperhatikan saat saya memberi kuliah daring. Alasan untuk tidak membuka kamera klasik: makan pulsa (padahal mungkin mereka mendengar kuliah sambil buka2 medsos yang makan pulsa juga…. tapi itu mungkiiiin lhooo ). Atau sambil ngobrol hal lain. Buktinya, suatu saat saya meminta mereka semua buka kamera, eh beberapa mahasiswa ada yang mulutnya komat kamit sambil sesekali ketawa…. (tentu bukan karena merespon kuliah saya, karena teman-teman lainnya umumnya mulutnya tertutup dan matanya menghadap kamera). Kembali ke yang komat-kamit (karena di-mute) dan senyam senyum sendiri itu, mungkin sedang ngobrol dengan temannya yang lain….
Begitulah sekelumit ekses kuliah daring, yang saya alami. Sebenarnya ceritanya masih panjang.. tapi saya kok yakin, beberapa isi cerita saya sama dengan teman-teman dosen yang lain.



Share :
Previous Post
Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *