Blog Universitas Pertamina

Jurusan Komunikasi Udah Pasti Jago Ngomong? Coba Pikir Kembali deh!

Ketika saya memilih program studi lanjutan saat saya mendaftar beasiswa master, hanya tersedia tiga jurusan yang sesuai dengan rumpun keilmuan saya, yaitu Manajemen Sumber Daya Perikanan, Hubungan Internasional (HI), dan Ilmu Komunikasi. Berhubung saya ga begitu paham dunia perikanan walau saya suka makan ikan dan saya juga sudah kapok ngambil Jurusan HI di UGM lalu ditolak, alhasil saya memilih Jurusan Ilmu Komunikasi. Saya sempat diskusi dengan senior saya saat kami berkuliah di jurusan yang sama dan kebetulan dia juga ingin mendaftar beasiswa tersebut. Kami sebenarnya ga cukup yakin dengan jurusan ini, karena kami bukan orang yang jago ngomong dan ga punya bekal memahami dunia media massa dan sebagainya, tapi akhirnya kami coba nekat buat ambil dengan bermodalkan riset sana sini.

Beruntungnya kami, saat kami diterima di jurusan tersebut, ada matrikulasi atau semacam pengenalan terhadap jurusan tersebut bagi mereka yang belum punya latar belakang pendidikan di bidang yang sama, dan kami berdua cukup bisa mengikutinya dengan baik. Seiring berjalannya waktu, kami jadi memahami bahwa dunia komunikasi itu luas sekali, bukan hanya sekadar belajar berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga mempelajari cara kita meyakinkan orang lain dengan atau tanpa bantuan media, mengkritisi dan mengevaluasi konten atau pemberitaan yang ada di media, berkomunikasi di organisasi hingga membangun dan mengelola reputasi perusahaan, serta mempelajari isu gender.

Salah seorang dosen ku mengatakan bahwa Ilmu Komunikasi memang seringkali beririsan dengan keilmuan yang lain terutama Psikologi, Manajemen dan Pemasaran, Antropologi, Sosiologi, Filsafat, bahkan Matematika. Hayo, siapa di sini yang masuk Komunikasi dan tujuannya buat menghindar dari Matematika? hehe. Padahal di Komunikasi atau mungkin di semua jurusan sepertinya pasti ada unsur matematika, walau masih dalam tataran praktis. Misalkan, kalau di Komunikasi, Matematika yang dikenal lebih kepada kemampuan mengolah data penelitian atau yang dipahami sebagai Statistika, tetapi ilmu yang diajarkan hanya sebatas pada Statistika Sosial aja untuk keperluan riset yang terkait komunikasi.

Walau pada akhirnya aku dan sahabat ku ini paham bahwa Ilmu Komunikasi sangat lah luas dan berpengaruh di setiap aspek kehidupan kita, ga sedikit juga orang yang sering kali termakan stigma bahwa orang yang ambil jurusan Komunikasi, ya pasti pinter ngomong, jago debat atau ngeles, dan banci di media sosial. Bahkan pandangan ini terus terjadi ketika aku berkarir sebagai Dosen Komunikasi di Universitas Pertamina. Misalkan, ketika aku berbincang dengan supir taksi dan mereka menanyakan profesi ku, mereka langsung berkata bahwa “wah, mba pasti pinter ngomong ya!” atau “mba, ajarin dong cara saya ngomong yang baik dan benar.” Sebenarnya sah-sah aja ya mereka berbicara seperti itu, tetapi aku sendiri pun masih belajar untuk berinteraksi yang baik dan merupakan introvert yang pemalu, aku lebih memilih untuk menghindar berinteraksi dengan strangers atau acquaintance, karena hal tersebut melelahkan. Terlepas dari kepribadian ku, biasanya aku hanya jawab “oh engga pak, saya ga begitu jago ngomong, makanya saya masuk Komunikasi, dan biasanya yang dipelajari sih lebih dari itu.”

Hal ini juga sering terjadi kalau kami sedang bekerja dalam riset grup yang beranggotakan multi disiplin, “bagian sosialisasi dan ngomong-ngomong, serahin aja ke dia, dia jagonya koq.” Mungkin karena namanya Komunikasi, jadi inti utama jurusannya ya belajar ngomong hehehee, jadi sejauh ini, hal-hal semacam ini, aku anggap sebagai pujian dibanding sebagai ledekan terlebih hinaan. Biasanya kalau punya energi menjawab biasanya aku akan bilang, kalau Komunikasi itu a, b, c, d, dst.

Jadi, kalau kamu mikir bahwa komunikasi cuma belajar ngomong doang, hati-hati! Bisa jadi kamu termasuk orang yang termakan stereotip hihi.

Share :
Previous Post
Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *