Blog Universitas Pertamina

Rumah-rumah yang berkelanjutan (1)

Halo, selamat malam. Post ini adalah post pertama Saya pada blog ini. Pada bulan Ramadhan yang masih diisi dengan kegiatan pembelajaran dan pengajaran dari rumah saat ini; sebuah pikiran terlintas;

Bukankah peran para Ibu adalah sangat penting dalam tercapainya Sustainable Development Goals?

Sekilas terdengar tidak berhubungan ya. Untuk menguji pikiran tersebut, mari kita ulas sedikit.

Berdasarkan definisinya, Sustainability adalah,

sus·tain·a·bil·i·ty

/səˌstānəˈbilədē/

the ability to be maintained at a certain rate or level.

avoidance of the depletion of natural resources in order to maintain an ecological balance.

Google’s English dictionary by Oxford Language

Sementara itu, definisi Sustainable Development Goals adalah,

Sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs.

UN World Commission on Environment and Development

Saya rasa, kedua definisi tersebut berkaitan dengan peran seorang Ibu sebagai pendidik.

Dalam berbagai kajian ilmu keluarga (parenting), terdapat syair yang seringkali dikutip, bahwa:

Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq.

Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya.

Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

Syair Arab

Secara praktisnya, dalam masyarakat kita, Ibu adalah pengelola utama suatu rumah. Misalnya, terdapat Ibu A yang berkesadaran dalam mengelola sampahnya secara berkelanjutan. Ibu A tersebut menyediakan wadah sampah yang terpisah untuk kategori Sampah Makanan, Sampah Daur Ulang, dan Residu. Ibu A membiasakan dan mendidik suami dan anak-anak Ibu A, untuk membuang sampah sesuai kategori tersebut.

“Nak, Sampah Dapur akan kita berikan untuk kucing dan ayam di lahan kosong sana. Jangan dicampur dengan sampah kering, nanti menjadi basah, bau, dan mudah muncul belatung. Kasihan, Bapak petugas angkut sampah.”

“Nak, Sampah Plastik kan sulit terurai. Mulai sekarang, kita kurang-kurangi yuk gunakan plastik sekali pakai. Bekalnya pakai kotak bekal saja, ya”

“Ayah, tolong pisah sampah tusuk satai itu, dan kita bungkus dengan baik sebelum dibuang. Kasihan jika menusuk kaki pemulung di TPA.”

Ibu A, fiktif.

Ibu A telah merancang program, menyediakan fasilitas, mengatur sumber daya manusia, mensosialisasikan, dan menjalankan pengelolaan sampah yang berkelanjutan di ranah yang Ibu A kuasai, yaitu di rumah. Bagi Ibu A, program tersebut dimaksudkan untuk menjalankan perannya sebagai pendidik, mengajarkan yang baik-baik untuk anak-anaknya. Tapi bagi bumi, saya rasa Ibu A sudah sukses sekali dalam mendukung sustainability.

Hari ini sampai di sini dulu. Sepertinya belum selesai argumen Saya. Tapi setidaknya semoga tergambar, peran Ibu sangat penting dalam suksesnya pemilahan sampah dari sumber, yang pegiat persampahan tahu betul, merupakan tantangan utama pengelolaan persampahan di Indonesia saat ini.

Kapan-kapan saya lanjut ya.

Hatur nuhun.

Share :
Previous Post
Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *